Wi-Fi (Wireless
Fidelity) dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan, Khususnya di Lingkungan
Mahasiswa
Disusun Oleh :
Sunandar Nur Kholis
Kelas:XI
TKJ 2
Alamat Blogg:
http://sunandar-nur-kholis.blogspot.com/
SMK MUHAMMADIYAH 2 KUNINGAN
Segala
puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu mengahadapi semua rintangan dan
tantangan dengan penuh “ kesabaran” hingga selesainya makalah ini.
Kesempurnaan
manusia terletak pada ketidak mampuannya untuk hidup sendiri. Berpijak dari hal
itu penulis menyadari bahwa selesainya penulisan makalah ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan dorongan
dari berbagai pihak.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik akan penulis
jadikan masukan dengan senang hati demi perbaikan di masa mendatang.
Semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca yang budiman,
terutama bagi siapa saja yang tertarik.
Kuningan, 1 juni 2013
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Baru-baru ini, jika anda sudah di bandara, kedai kopi, perpustakaan atau
hotel kemungkinan anda sudah tepat di tengah sebuah jaringan nirkabel.
Banyak orang menggunakan jaringan nirkabel, juga disebut WiFi 802,11
untuk menghubungkan komputer mereka di rumah, dan beberapa kota yang mencoba
untuk menggunakan teknologi untuk memberikan gratis atau biaya rendah Internet
akses kepada penduduk. Dalam waktu dekat ini, jaringan nirkabel dapat menjadi
begitu luas yang dapat mengakses Internet di mana saja hampir setiap saat,
tanpa menggunakan kabel. Saat ini semua orang sudah familiar dengan istilah
Hot-Spot, WiFi (Wireless Fidelity), Jaringan Wireless dan sejenisnya. Layanan
seperti ini akan mudah ditemui di berbagai tempat-tempat umum seperti kampus,
hotel, rumah makan, bandara dan lain-lain. Dengan menggunakan layanan WiFi,
kita dengan mudah bisa terkoneksi ke Internet tanpa perlu dibebani kerepotan
dengan menyambungkan kabel ke suatu alat yang disebut switch/hub. Tentunya kita
harus memeliki peralatan seperti Notebook atau Mobile-Phone yang mendukung
koneksi WiFi dan adanya software yang membantu koneksi peralatan kita tadi ke
suatu alat yang sering disebut Access Point. Jaringan nirkabel (wireless
local area network-WLAN) atau Wi-Fi (Wireless Fidelity) dimana akses
internet pun dapat dilakukan dalam area jaringan, dan tanpa kabel. Hal itu
memungkinkan mengakses internet di rumah, di kantor, di kafe, dan tempat-tempat
umum lainnya yang menyediakan koneksi semacam itu.Kelihatannya memang
mengasyikkan. Access Point atau hotspot, yang memungkinkan sambungan broadband
internet secara nirkabel kini sudah dapat dijumpai di tempat publik dan menciptakan
lonjakan permintaan layanan Wi-Fi. Ketersediaan akses internet publik tanpa
kabel kini semakin merebak, publisitasnya pun makin hot, media yang menambah
khasanah dunia perteknologian.
Tanpa
disadari, menjamurnya akses internet melalui koneksi Wi-Fi telah menjadi dilema
tersendiri dalam dunia internet. Banyak pihak yang menjadikannya sebagai sarana
daya tarik tersendiri dalam promosi kepentingan tertentu. Namun, yang menjadi
permasalahan terletak pada pengaruh Wi-Fi tersebut. Disamping keuntungan-keuntungan
yang diperoleh, banyak hal-hal negatif yang timbul akibat dari Wi-Fi.
1.2. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Wi-Fi ?
2.
Bagaimana perkembangan Wi-Fi hingga sekarang?
3.
Bagaimana cara kerja Wi-Fi?
4.
Bagaimana pengaruh Wi-Fi dilingkungan masyarakat khususnya dilingkungan
mahasiswa?
1.3. Tujuan
Makalah ini bertujuan agar
pembaca mengetahui apa itu Wi-Fi, perkembangannya hingga sekarang, cara
kerjanya dan bagaimana pengaruhnya terhadap masyarakat, menyangkut pengaruh
positif dan pengaruh negatif.
1.4. Manfaat
Makalah ini diharapkan
mampu menambah pengetahuan pembaca mengenai wifi. Disamping itu, pembaca juga
mampu mencegah pengaruh-pengaruh negatif dari wifi tersebut.
PEMBAHASAN
Wi-Fi merupakan kependekan dari Wireless Fidelity, yang
memiliki pengertian yaitu sekumpulan standar yang digunakan untuk Jaringan
Lokal Nirkabel (Wireless Local Area
Networks - WLAN) yang didasari pada spesifikasi IEEE 802.11.
WI-FI merupakan istilah
yang diberikan untuk sistem wireless LAN yang menggunakan standar 802.11 yang
ada saat ini. Istilah WI-FI diciptakan oleh sebuah organisasi bernama WI-FI
alliance yang bekerja menguji dan memberikan sertifikasi untuk
perangkat-perangkat WLAN. Perangkat wireless diuji berdasarkan
interoperabilitasnya dengan perangkat-perangkat wireless lain yang menggunakan
standar yang sama. Setelah diuji dan lulus, sebuah perangkat akan diberi
sertifikasi “WI-FI certified”. Artinya perangkat ini bisa bekerja dengan baik
dengan perangkat-perangkat wireless lain yang juga bersertifikasi ini. Pada
awalnya, sertifikasi WI-FI hanya diberikan pada perangkat wireless yang bekerja
pada standar 802.11b.
Wi-Fi
(Wireless Fidelity) adalah koneksi tanpa kabel seperti handphone dengan
mempergunakan teknologi radio sehingga pemakainya dapat mentransfer data dengan
cepat dan aman. Wi-Fi tidak hanya dapat digunakan untuk mengakses internet,
Wi-Fi juga dapat digunakan untuk membuat jaringan tanpa kabel di perusahaan.
Karena itu banyak orang mengasosiasikan Wi-Fi dengan kebebasan, karena
teknologi Wi-Fi memberikan kebebasan kepada pemakainya untuk mengakses internet
atau mentransfer data dari ruang meeting, kamar hotel, kampus, dan café-café
yang bertanda Wi-Fi Hot Spot.
WiFi
adalah suatu rangkaian produk yang didesain untuk penggunaan teknologi Wireless
Local Area Networks (WLAN) berdasarkan standar spesifikasi IEEE802.11 yang
mampu menyediakan akses internet dengan bandwidth besar, mencapai 11 Mbps.
Wi-Fi dirancang berdasarkan spesifikasi IEEE 802.11. Sekarang ini ada empat
variasi dari 802.11, yaitu: 802.11a, 802.11b, 802.11g, and 802.11n. Spesifikasi
b merupakan produk pertama Wi-Fi. Variasi g dan n merupakan salah satu produk
yang memiliki penjualan terbanyak pada 2005. Di banyak bagian dunia, frekuensi
yang digunakan oleh Wi-Fi, pengguna tidak diperlukan untuk mendapatkan ijin
dari pengatur lokal (misal, Komisi Komunikasi Federal di A.S.). 802.11a
menggunakan frekuensi yang lebih tinggi dan oleh sebab itu daya jangkaunya
lebih sempit, lainnya sama. Versi Wi-Fi yang paling luas dalam pasaran AS
sekarang ini (berdasarkan dalam IEEE 802.11b/g) beroperasi pada 2.400 MHz
sampai 2.483,50 MHz. Dengan begitu mengijinkan operasi dalam 11 channel
(masing-masing 5 MHz), berpusat di frekuensi berikut: Channel 1 – 2,412 MHz;
Channel 2 – 2,417 MHz; Channel 3 – 2,422 MHz; Channel 4 – 2,427 MHz; Channel 5
– 2,432 MHz; Channel 6 – 2,437 MHz; Channel 7 – 2,442 MHz; Channel 8 – 2,447
MHz; Channel 9 – 2,452 MHz; Channel 10 – 2,457 MHz; Channel 11 – 2,462 MHz
Secara teknis operasional, Wi-Fi merupakan salah satu varian teknologi
komunikasi dan informasi yang bekerja pada jaringan dan perangkat WLANs
(wireless local area network). Dengan kata lain, Wi-Fi adalah nama dagang
(certification) yang diberikan pabrikan kepada perangkat telekomunikasi
(Internet) yang bekerja di jaringan WLANs dan sudah memenuhi kualitas
interoperability yang dipersyaratkan.
Teknologi
Internet berbasis Wi-Fi dibuat dan dikembangkan sekelompok insinyur Amerika
Serikat yang bekerja pada Institute of Electrical and Electronis Engineers
(IEEE) berdasarkan standar teknis perangkat bernomor 802.11b, 802.11a dan
802.16. Perangkat Wi-Fi sebenarnya tidak hanya mampu bekerja di jaringan WLAN,
tetapi juga di jaringan Wireless Metropolitan Area Network (WMAN). Karena
perangkat dengan standar teknis 802.11b diperuntukkan bagi perangkat WLAN yang
digunakan di frekuensi 2,4 GHz atau yang lazim disebut frekuensi ISM
(Industrial, Scientific dan Medical). Sedang untuk perangkat yang berstandar
teknis 802.11a dan 802.16 diperuntukkan bagi perangkat WMAN atau juga disebut
Wi-Max, yang bekerja di sekitar pita frekuensi 5 GHz.
Wi-Fi sudah sangat populer
di luar negeri. Amerika Serikat adalah salah satu negara yang paling berhasil
memasyarakatkan Wi-Fi. Bahkan, beberapa PDA di Amerika Serikat dirancang secara
khusus dengan modul Wi-Fi terintegrasi. Oleh karena kemudahan koneksi,
reliabilitas, dan kecepatannya, Wi-Fi tampak cukup berhasil. Penggunaan
hubungan nirkabel (wireless) sampai saat ini mengandalkan gelombang
elektromagnetik, baik berbentuk gelombang radio maupun cahaya.
Di awal 1990-an, ketika
teknologi nirkabel masih belum terlalu berkembang, beberapa organisasi, mulai
dari bank sampai keperguruan tinggi, sempat memanfaatkan modem optik berbasis
sinar laser untuk menghubungkan dua lokasi yang terpisah secara line-of-sigth.
Jarak di antara kedua lokasi ini maksimal tidak lebih dari beberap ratus meter.
Bandwidth yang dicapai bisa sampai 10 megabit per detik. Gangguan terjadi bila
hujan turun atau bila polusi debu demikian buruknya, sehinggga sinar laser
terhalang jalannya.
Teknologi telah jauh
berkembang sejak saat itu. Komunikasi data melalui gelombang cahaya umumnya
beralih dari transmisi di udara bebas ke transmisi melalui serat optik.
Penurunan harga kabel optik dan peralatan terkaitnya sangat menolong
peningkatan popularitasnya pada aplikasi-aplikasi point-to-point yang
memerlukan bandwidth tinggi dan jarak jangkau teknologi ini sudah semakin jauh
dan pemanfaatannya sebagai pengganti copper-links semakin popular.
Dalam bentuknya yang kini
tersedia, teknologi nirkabel telah semakin baik untuk penggunaan jarak-dekat.
Mulai dari Bluetooth sampai ke Wi-Fi, produk-produknya semakin membanjiri
pasar. Bukan saja penggunaannya semakin mudah, harga dan kapasitasnya pun
semakin baik. Bila teknologi kabel berkembang dari jarah dekat ke jauh,
teknologi nirkabel berkembang dari jarak jauh ke dekat.
Masalah pengelolaan dan
penggunaannya menjadi sangat sederhana, sedemikian rupa sehingga tidak memerlukan
latihan khusus. Ketersediaan di pasar bebas juga semakin baik, dan dengan cepat
dipadukan dengan spectrum produk teknologi informasi dan komunikasi, mulai dari
PDA (Personal Digital Assistant), komputer pangku (laptop computer) sampai ke
server yang melayani kemudahan komputasi di gedung-gedung perkantoran, hotel
dan bahkan mal-mal perbelanjaan.
Kaitan yang ingin disoroti
disini adalah bagaimana kendala otoritas telekomunikasi dalam penggunaan
teknologi nirkabel, khususnya yang menyangkut strategi frekuensi radio,
alokasinya perizinannya dan pemantauan serta pengawasannya. Dengan spectrum
yang sangat luas, pengelolaan frekuensi radio menjadi sangat sentral bagi arah
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di setiap negara. Justru hal
inilah yang membuat musykil, di samping menarik untuk di simak karena
implikasinya yang sangat serius dalam kehidupan bangsa dan negara. Spectrum
frekuensi yang sangat luas ini menyentuh alat-alat rumah tangga, telepon
genggam, sampai kepada siaran televisi yang dipancarkan langsung melalui
satelit diangkasa.
Tingginya
animo masyarakat khususnya di kalangan komunitas Internet menggunakan teknologi
Wi-Fi dikarenakan paling tidak dua faktor. Pertama, kemudahan akses. Artinya,
para pengguna dalam satu area dapat mengakses Internet secara bersamaan tanpa
perlu direpotkan dengan kabel. Konsekuensinya, pengguna yang ingin melakukan
surfing atau browsing berita dan informasi di Internet, cukup membawa PDA
(pocket digital assistance) atau laptop berkemampuan Wi-Fi ke tempat dimana
terdapat access point atau hotspot. Menjamurnya hotspot di tempat-tempat
tersebut yang dibangun oleh operator telekomunikasi, penyedia jasa Internet
bahkan orang perorangan dipicu faktor kedua, yakni karena biaya pembangunannya
yang relatif murah atau hanya berkisar 300 dollar Amerika Serikat. Peningkatan
kuantitas pengguna Internet berbasis teknologi Wi-Fi yang semakin menggejala di
berbagai belahan dunia, telah mendorong Internet service providers (ISP)
membangun hotspot yang di kota-kota besar dunia. Mewabah Di Indonesia sendiri,
penggunaan Internet berbasis Wi-Fi sudah mulai menggejala di beberapa kota
besar. Di Jakarta, misalnya, para maniak Internet yang sedang berselancar
sambil menunggu pesawat take off di ruang tunggu bandara, sudah bukan merupakan
hal yang asing. Fenomena yang sama terlihat diberbagai kafe –seperti Kafe
Starbuck dan La Moda Cafe di Plaza Indonesia, Coffee Club Senayan, dan Kafe
Mister Bean Coffee di Cilandak Town Square dimana pengunjung dapat membuka
Internet untuk melihat berita politik atau gosip artis terbaru sembari
menyeruput cappucino panas. Dewasa ini, bisnis telepon berbasis VoIP (Voice
over Internet Protocol) juga telah menggunakan teknologi Wi-Fi, dimana
panggilan telepon diteruskan melalui jaringan WLAN. Aplikasi tersebut dinamai
VoWi-FI (Voice over Wi-Fi).
Beberapa
waktu lalu, standar teknis hasil kreasi terbaru IEEE telah mampu mendukung
pengoperasian layanan video streaming. Bahkan diprediksi, nantinya dapat dibuat
kartu (card) berbasis teknologi Wi-Fi yang dapat disisipkan ke dalam peralatan
eletronik, mulai dari kamera digital sampai consoles video game (ITU News
8/2003). Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa bisnis dan
kuantitas pengguna teknologi Wi-Fi cenderung meningkat, dan secara ekonomis hal
itu berimplikasi positif bagi perekonomian nasional suatu negara, termasuk
Indonesia.
Contoh : di Yogyakarta,
dari sekitar 240 warung internet di sana, sekitar 120 di antaranya telah
memanfaatkan frekuensi 2,4 GHz. Salah satunya warnet perpustakaan UGM. Mereka
juga menyebarkan data internet ke warnet lain di sekitarnya yang berminat.
Sejumlah warnet di Yogya juga membentuk jaringan lokal antarwarnet memakai
frekuensi 2,4 GHz. Mereka memilih satu warnet induk yang bertugas meneruskan
data dari ISP ke antena warnet anggotanya. Konsumen nantinya juga diuntungkan
karena biaya akses internet dari warnet akan semakin murah. Penggunaan
frekuensi 2,4 GHz yang bebas biaya ini memang menguntungkan para pengusaha
warnet. Mereka tidak perlu membayar pulsa telepon saat mengakses internet. Di
banyak bagian dunia, frekuensi yang digunakan oleh Wi-Fi, pengguna tidak
diperlukan untuk mendapatkan ijin dari pengatur lokal (misal, Komisi Komunikasi
Federal di A.S.). 802.11a menggunakan frekuensi yang lebih tinggi dan oleh sebab
itu daya jangkaunya lebih sempit, lainnya sama. Versi Wi-Fi yang paling luas
dalam pasaran AS sekarang ini (berdasarkan dalam IEEE 802.11b/g) beroperasi
pada 2.400 MHz sampai 2.483,50 MHz.
Tujuh perusahaan membentuk
Indonesian Wi-Fi Consortium (IWC) untuk mengembangkan wireless local area
network (WLAN) bagi keperluan public dengan target membangun 10 hotspot hingga
akhir. Konsorsium itu terdiri dari PT Acer Indonesia, PT Cyberindo Aditama
(CBN), Cisco Systems Indonesia, PT Intel Indonesia, PT Microsoft Indonesia dan
PT Jaring Semesta Infosolusi (Polaris|NET), didukung PT Elexmedia Komputindo.
Tjahja Suprapto, wakil IWC dari PT Jaring Semesta Infosolusi, menjelaskan
pembentukan organisasi ini bertujuan mengedukasi masyarakat sekaligus
mengembangkan pasar Wi-Fi untuk keperluan publik di Tanah Air. "Memang ada
model bisnisnya, tetapi fokus kami. saat ini adalah bagaimana Wi-Fi diterima
denganbaik sebab pemerintah pun belum menentukan regulasi yang pasti mengenai
Wi-Fi ini," tuturnya usai peluncuran konsorsium. Konsorsium sudah
membangun total enam hotspot di Jakarta sehingga dengan proyek ini mereka
ditargetkan memiliki 16 hotspot di Ibukota hingga akhir tahun ini yang
seluruhnya berlokasi di kafe-kafe strategis.
Mode Akses Koneksi Wi-fi ada 2 yaitu :
1.
AD-HOC
Sistem Ad-hoc adalah
sistem peer to peer, dalam arti satu computer dihubungkan ke 1 computer dengan
saling mengenal SSID. Bila digambarkan mungkin lebih mudah membayangkan sistem
direct connection dari 1 computer ke 1 computer lainnya dengan mengunakan Twist
pair cable tanpa perangkat HUB. Jadi terdapat 2 computer dengan perangkat WIFI
dapat langsung berhubungan tanpa alat yang disebut access point mode. Pada
sistem Adhoc tidak lagi mengenal system central (yang biasanya difungsikan pada
Access Point). Sistem Adhoc hanya memerlukan 1 buah computer yang memiliki nama
SSID atau sederhananya nama sebuah network pada sebuah card/computer. Dapat
juga mengunakan MAC address dengan sistem BSSID (Basic Service Set IDentifier -
cara ini tidak umum digunakan), untuk mengenal sebuah nama computer secara
langsung. Mac Address umumnya sudah diberikan tanda atau nomor khusus
tersendiri dari masing masing card atau perangkat network termasuk network
wireless. Sistem Adhoc menguntungkan untuk pemakaian sementara misalnya
hubungan network antara 2 computer walaupun disekitarnya terdapat sebuah alat
Access Point yang sedang bekerja.
2.
INFRASTRUKTUR
Sistem kedua yang paling
umum adalah Infra Structure. Sistem Infra Structure membutuhkan sebuah
perangkat khusus atau dapat difungsikan sebagai Access point melalui software
bila mengunakan jenis Wireless Network dengan perangkat PCI card. Mirip seperti
Hub Network yang menyatukan sebuah network tetapi didalam perangkat Access
Point menandakan sebuah sebuah central network dengan memberikan signal
(melakukan broadcast) radio untuk diterima oleh computer lain. Untuk
mengambarkan koneksi pada Infra Structure dengan Access point minimal sebuah
jaringan wireless network memiliki satu titik pada sebuah tempat dimana
computer lain yang mencari menerima signal untuk masuknya kedalam network agar
saling berhubungan. Sistem Access Point (AP) ini paling banyak digunakan karena
setiap computer yang ingin terhubungan kedalam network dapat mendengar
transmisi dari Access Point tersebut. Access Point inilah yang memberikan tanda
apakah disuatu tempat memiliki jaringan WIFI dan secara terus menerus mentransmisikan
namanya – Service Set IDentifier (SSID) dan dapat diterima oleh computer lain
untuk dikenal. Bedanya dengan HUB network cable, HUB mengunakan cable tetapi
tidak memiliki nama (SSID). Sedangkan Access point tidak mengunakan cable
network tetapi harus memiliki sebuah nama yaitu nama untuk SSID.
Wi-Fi
dan Kesehatan
Wi –Fi membawa pengaruh
yang besar dalam lingkungan masyarakat. Selain pengaruh positif yaitu kemudahan
dalam mengakses dunia internet, Wi-Fi juga diduga berdampak negatif.
Wi-fi (wireless fidelity)
yang lebih dikenal sebagai jaringan lokal nirkabel semakin populer terutama di
negara-negara maju dan berkembang. Dengan wi-fi orang bisa masuk ke jaringan
internet tanpa harus repot menyambungkan kabel dari komputer ke line telepon.
Di balik kemudahan yang
ditawarkan wi-fi, ada beberapa keyakinan publik yang menganggap wi-fi berdampak
negatif terhadap kesehatan. Mereka yang tidak setuju dengan kehadiran wi-fi
beralasan radiasi elektro magnetik dari wi-fi bisa menyebabkan nyeri di kepala,
gangguan tidur dan mual-mual, terutama bagi mereka yang electrosensitive. Tapi
benarkah wi-fi berbahaya bagi kesehatan?
Ketakutan akan dampak buruk
wi-fi terhadap kesehatan ini dimentahkan ilmuwan Inggris. Seperti yang
diungkapkan Sir William Stewart, ketua Health Protection Agency, mengatakan
pada BBC Programme Panorama, tak ada yang perlu dikhawatirkan dengan teknologi
wi-fi. Tak ada bukti pasti yang menyebutkan, perangkat seperti ponsel dan wi-fi
menyebabkan kesehatan terganggu.
Hal senada juga diungkapkan
Professor Lawrie Challis, dari Nottingham University. Dalam pernyataannya pada
BBC, Prof Challis, yang menjabat sebagai ketua Mobile Telecommunications and
Health Research (MTHR) menyebutkan: “Radiasi elektro magnetik dari Wi-fi sangat
kecil, pemancarnya juga berkekuatan rendah, selain itu masih ada jarak dengan
tubuh.
“Bisa jadi radiasi elektro
magnetik sangat dekat dengan tubuh, ketika kita memangku laptop, namun dalam
pengamaatan saya setiap orang tua akan meminta anak mereka untuk tidak terlalu
sering menggunakan ponsel mereka dan selalu meminta mereka untuk menaruh laptop
di atas meja, bukan di pangkuan, jika mereka berinternet terlalu lama.”
Untuk mendukung pernyataan
ini, tim Panorama BBC mengunjungi sebuah sekolah di Norwich, yang memiliki
seribu siswa, dan mencoba membandingkan tingkat radiasi dari ponsel dan
penggunaan wi-fi di dalam kelas. Hasilnya menunjukkan radiasi wi-fi di ruang
kelas tiga kali lebih besar dibanding pancaran yang dikeluarkan ponsel.
Namun ahli kesehatan psikis
Professor Malcolm Sperrin mengatakan sinyal wi-fi yang lebih besar tiga kali
lipat dibanding radiasi ponsel di suatu sekolah masih belum relevan, karena
belum ditemukan pengaruhnya terhadap kesehatan.
“Wi-fi adalah teknologi
yang menggunakan gelombang radio elektro magnetik rendah, yang sebanding dengan
oven microwave, bahkan 100 ribu kali lebih rendah dari microwave.”
Tipe radiasi yang
dipancarkan gelombang radio (wi-fi), microwaves, dan ponsel telah menunjukkan
kenaikan level temperatur jaringan yang sangat tinggi, yang biasa disebut
thermal interaction, namun masih belum ada bukti level tersebut menyebabkan
kerusakan.
Health Protection Agency
menyebutkan duduk di ruangan yang memiliki hotspot selama setahun sebanding
dengan gelombang radio yang dipancarkan saat bercakap-cakap dengan ponsel
selama dua puluh menit.
“Gelombang radio sudah
menjadi bagian dari kehidupan kita selama hampir seabad atau lebih, namun jika
ada gangguan yang signifikan terhadap kesehatan, pasti ada kajian yang akan
mencatatnya, dan selama ini berbagai studi masih belum menemukan bukti
transmisi wi-fi bagi kesehatan.
Hal senada juga didukung
Professor Will J Stewart, rekan dari Royal Academy of Engineering, yang
mengatakan: “Ilmu pengetahunan telah mempelajari pengaruh ponsel bagi kesehatan
selama bertahun-tahun dan kekhawatiran akan dampak radiasi ponsel masih sangat
kecil.
“Begitu juga dengan wi-fi,
jika digunakan dalam batas yang wajar tak akan ada pengaruhnya bagi kesehatan
dalam waktu yang lama. Namun bukan berarti semua radiasi elektro magnetik tak
berbahaya, misalnya sinar matahari yang terbukti menyebabkan kanker kulit, jadi
jika Anda menggunakan laptop saat berjemur di pantai, ada baiknya mencari
tempat yang teduh,” tambah Sperrin yang mengatakan sampai saat masih belum ada
banyak bukti yang cukup berrarti akan dampak negatif wi-fi.
Namun yang lebih
dikhawatirkan Sperrin bukan pada gelombang wi-fi, namun pada perilaku dalam
penggunaan laptop, dan panas yang dihasilkan laptop pada beberapa bagian
sensitif pada tubuh, yang berdampak pada kesehatan.
Radiasi Elektromagnetik Wi-Fi
Publikasi tentang dampak
negatif wi-fi sehubungan dengan radiasi elektromagnetik yang ditimbulkannya ini
awalnya datang dari sebuah kasus yang dialami seorang wanita di London, yang
datang ke institusi kesehatan dengan keluhan nyeri di bagian kepala, telinga,
tenggorokan dan beberapa bagian tubuh lain bila berada dekat dengan peralatan
elektronik atau menara pemancar.
Perangkat elektronik,
memang memiliki radiasi elektromagnetik dimana dalam jumlah besar bisa
mengakibatkan gangguan fisiologis hingga memicu pertumbuhan sel-sel abnormal
seperti kanker, namun intensitasnya berbeda-beda dan ada patokan batas aman
yang dianggap tidak sampai membahayakan kesehatan.
Atas keluhan ini berikut
anjuran dokter yang mendiagnosanya sebagai suatu keadaan elektrosensitif,
wanita tadi melindungi rumahnya dengan perangkat khusus antiradiasi untuk
meminimalkan gelombang elektromagnetik dari teknologi wi-fi di sekitar tempat
tinggalnya. Beberapa publikasi lanjutan tentang dampak radiasi wi-fi ini
kemudian dilansir di Swedia langsung dari pemerintahnya serta di Norwegia lewat
pernyataan perdana menterinya sendiri.
Lagi-lagi, kemungkinan
pemberitaan yang awalnya banyak beredar di dunia maya ini sempat dianggap
sebagai hoax, suatu berita isu yang belum bisa diyakini kebenarannya, namun
adanya beberapa penelitian yang dilaporkan dari institusi resmi mungkin mulai
membuat beberapa pihak bersangkutan mulai memikirkan hal ini.
Sebagian laporan resmi
tersebut menyebutkan tingginya intensitas radiasi elektromagnetik di beberapa
situs lokasi wi-fi, namun tak sedikit juga yang melaporkan bahwa intensitas tadi
masih berada di bawah ambang batas senilai dengan radiasi elektromagnetik yang
dihasilkan oleh beberapa perangkat yang aman seperti televisi maupun radio,
begitupun, kesimpang-siuran ini jelas menimbulkan suatu kekhawatiran bagi
sebagian orang yang sangat perduli dengan kesehatannya, belum lagi pengakuan
sejumlah aktifis di luar negeri yang bergabung untuk mendesak pembatasan
penggunaan wi-fi, yang bagi sebagian masyarakat lain sangat diperlukan itu.
Mahasiswa merupakan salah
satu subjek yang menggunakan akses internet. Mahasiswa akan merasa hampa tanpa
internet. Ibaratnya, sedetik saja mereka tak bisa lepas dari internet. Bagi
mahasiswa internet merupakan media yang dapat digunakan untuk mengakses tugas
yang diberikan oleh dosen, bahkan mungkin juga mengembangkan diri dengan
membentuk jaringan. Bahkan kebutuhan akan akses internet bisa melampaui
kebutuhan primer seperti makan. Di dalam dunia kampus, perkembangan teknologi
wireless juga merajalela. Hal itu bisa dilihat pada Access Point (AP) yang
dipasang pada tiap jurusan, kantor dan perpustakaan. Hanya dengan bermodal laptop
atau handphone yang telah memiliki fasilitas wireless maka kita dapat menikmati
teknologi wireless di manapun dan kapanpun. Seperti kita ketahui bahwa laptop
di era sekarang ini bukan merupakan barang yang mewah bagi sebagian mahasiswa.
Laptop seperti kata “wajib” bagi mereka. Hal itu dikarenakan laptop digunakan
sebagai kebutuhan primer untuk menjalani aktifitas memperoleh ilmu pengetahuan
dan proses pembelajaran di kampus.Seluruh sivitas akademika dan staf
Universitas dapat menggunakan layanan akses jaringan di dalam kampus secara
gratis baik melalui jaringan kabel dengan terminal PC maupun jaringan tanpa
kabel (wireless) yang tersedia di seluruh gedung dan sekitarnya di dalam
kampus. Penyediaan fasilitas jaringan tanpa kabel atau Wi-Fi ditujukan bagi
mereka yang memiliki laptop maupun PDA. Mahasiswa telah banyak menggunakan
fasilitas Wi-Fi untuk mendapatkan akses dalam mengerjakan tugas- tugas kuliah,
mengembangkan jaringan dan juga untuk membuat tulisan, dan mengakses hal- hal
di luar pendidikan. Penggunaan fasilitas Internet tidak serta merta memberikan
dampak yang positif. Disamping penggunaannya yang mudah dan praktis, Internet
juga dapat membawa dampak yang negatif bila penggunaanya menyimpang. Apalagi
Internet saat ini telah banyak digunakan oleh mahasiswa, sehingga apabila
penggunaanya bersifat negatif maka akan terjadi penyimpangan pada sikap maupun
perilaku mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa.Disamping digunakan sebagai
sarana untuk akses hal-hal yang menyangkut pendidikan, Wi-Fi juga digunakan
untuk akses hal-hal lain, seperti akses untuk jejaringan social. Hal ini tentu
saja menimbulkan pengaruh buruk bagi mahasiswa apalagi dilakukan saat proses
belajar mengajar.
1.
Penggunaan dalam batasan wajar ini
bisa mencegah pengaruh buruk terhadap kesehatan.
2.
Dalam lingkungan kampus, memblokir pengaksesan internet
untuk alamat-alamat tertent
PENUTUP
Seiring dengan perkembangan zaman
dan meningkatnya kebutuhan informasi yang membuat setiap orang harus dapat
meng-update informasi tersebut setiap saat, maka teknologi sekarang ini
menghasilkan sebuah layanan pendukung yang lebih instan untuk dapat
merealisasikan hal tesebut. Wi-Fi adalah teknologi jaringan dengan tidak
menggunakan kabel seperti handphone, yaitu melakukan hubungan komunikasi dengan
menggunakan gelombang elektromagnetik sebagai pengganti kabel sehingga
pemakainya dapat mentransfer data dengan cepat dan aman.
Eksistensi dari Wi-Fi tentu memiliki kelemahan dan
keunggulan dalam setiap aplikasi penggunaannya. Disatu sisi berbagai kemudahan
akan tersaji ketika menggunakan fasilitas tersebut. Disisi yang lain, fasilitas
tersebut juga digunakan untuk mengakses hal- hal yang di luar jalur pendidikan.
Misalnya, Pelanggaran hak cipta, pencurian identitas, cyber crime (hacker,
cracker, carder) dan pernyataan kebencian (hate speech), adalah biasa
dan sulit dijaga dan gambar- gambar, cerita- cerita yang “berbau” pornografi,
yang dapat merusak mental psikis mahasiswa, sehingga kurang bahkan tidak dapat
fokus pada kuliah yang sedang dijalaninya.
Menggunaan Wi-Fi dalam
batasan wajar ini bisa mencegah pengaruh buruk terhadap kesehatan,
juga menggunakannya untuk hal-hal positif yang berguna bagi kepentingan
pelajaran.
http://rachmad29.blogspot.com/2008/08/sejarah-wireless-lan-wifi.html
elib.unikom.ac.id/download.php?id=50510
http://animagination1.blogspot.com/2012/01/makalah-wifi-dan-pengaruhnya-terhadap.html
0 komentar:
Posting Komentar