Breaking News
Loading...
Minggu, 02 Juni 2013

Info Post
 Wi-Fi (Wireless Fidelity) dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan, Khususnya di Lingkungan Mahasiswa

http://farchanmaulana.files.wordpress.com/2012/04/wifi6.jpg

Disusun Oleh :
Sunandar Nur Kholis
Kelas:XI TKJ 2

Alamat Blogg: http://sunandar-nur-kholis.blogspot.com/


SMK MUHAMMADIYAH 2 KUNINGAN
Jalan raya Cigugur No. 28 Kuningan Jawa Barat

Segala puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu mengahadapi semua rintangan dan tantangan dengan penuh “ kesabaran” hingga selesainya makalah ini.
Kesempurnaan manusia terletak pada ketidak mampuannya untuk hidup sendiri. Berpijak dari hal itu penulis menyadari bahwa selesainya penulisan makalah ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik akan penulis jadikan masukan dengan senang hati demi perbaikan di masa mendatang.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca yang budiman, terutama bagi siapa saja yang tertarik.


Kuningan, 1 juni 2013

Penulis














DAFTAR ISI





















PENDAHULUAN
         Baru-baru ini, jika anda sudah di bandara, kedai kopi, perpustakaan atau hotel  kemungkinan anda sudah tepat di tengah sebuah jaringan nirkabel. Banyak orang  menggunakan jaringan nirkabel, juga disebut WiFi 802,11 untuk menghubungkan komputer mereka di rumah, dan beberapa kota yang mencoba untuk menggunakan teknologi untuk memberikan gratis atau biaya rendah Internet akses kepada penduduk. Dalam waktu dekat ini, jaringan nirkabel dapat menjadi begitu luas yang dapat mengakses Internet di mana saja hampir setiap saat, tanpa menggunakan kabel. Saat ini semua orang sudah familiar dengan istilah Hot-Spot, WiFi (Wireless Fidelity), Jaringan Wireless dan sejenisnya. Layanan seperti ini akan mudah ditemui di berbagai tempat-tempat umum seperti kampus, hotel, rumah makan, bandara dan lain-lain. Dengan menggunakan layanan WiFi, kita dengan mudah bisa terkoneksi ke Internet tanpa perlu dibebani kerepotan dengan menyambungkan kabel ke suatu alat yang disebut switch/hub. Tentunya kita harus memeliki peralatan seperti Notebook atau Mobile-Phone yang mendukung koneksi WiFi dan adanya software yang membantu koneksi peralatan kita tadi ke suatu alat yang sering disebut Access Point. Jaringan nirkabel (wireless local area network-WLAN) atau Wi-Fi (Wireless Fidelity) dimana akses internet pun dapat dilakukan dalam area jaringan, dan tanpa kabel. Hal itu memungkinkan mengakses internet di rumah, di kantor, di kafe, dan tempat-tempat umum lainnya yang menyediakan koneksi semacam itu.Kelihatannya memang mengasyikkan. Access Point atau hotspot, yang memungkinkan sambungan broadband internet secara nirkabel kini sudah dapat dijumpai di tempat publik dan menciptakan lonjakan permintaan layanan Wi-Fi. Ketersediaan akses internet publik tanpa kabel kini semakin merebak, publisitasnya pun makin hot, media yang menambah khasanah dunia perteknologian.
         Tanpa disadari, menjamurnya akses internet melalui koneksi Wi-Fi telah menjadi dilema tersendiri dalam dunia internet. Banyak pihak yang menjadikannya sebagai sarana daya tarik tersendiri dalam promosi kepentingan tertentu. Namun, yang menjadi permasalahan terletak pada pengaruh Wi-Fi tersebut. Disamping keuntungan-keuntungan yang diperoleh, banyak hal-hal negatif yang timbul akibat dari Wi-Fi.

1.      Apa yang dimaksud dengan Wi-Fi ?
2.      Bagaimana perkembangan Wi-Fi hingga sekarang?
3.      Bagaimana cara kerja Wi-Fi?
4.      Bagaimana pengaruh Wi-Fi dilingkungan masyarakat khususnya dilingkungan mahasiswa?
1.3. Tujuan
Makalah ini bertujuan agar pembaca mengetahui apa itu Wi-Fi, perkembangannya hingga sekarang, cara kerjanya dan bagaimana pengaruhnya terhadap masyarakat, menyangkut pengaruh positif dan pengaruh negatif.
1.4. Manfaat
Makalah ini diharapkan mampu menambah pengetahuan pembaca mengenai wifi. Disamping itu, pembaca juga mampu mencegah pengaruh-pengaruh negatif dari wifi tersebut.











PEMBAHASAN

Wi-Fi merupakan kependekan dari Wireless Fidelity, yang memiliki pengertian yaitu sekumpulan standar yang digunakan untuk Jaringan Lokal Nirkabel (Wireless Local Area Networks - WLAN) yang didasari pada spesifikasi IEEE 802.11.
WI-FI merupakan istilah yang diberikan untuk sistem wireless LAN yang menggunakan standar 802.11 yang ada saat ini. Istilah WI-FI diciptakan oleh sebuah organisasi bernama WI-FI alliance yang bekerja menguji dan memberikan sertifikasi untuk perangkat-perangkat WLAN. Perangkat wireless diuji berdasarkan interoperabilitasnya dengan perangkat-perangkat wireless lain yang menggunakan standar yang sama. Setelah diuji dan lulus, sebuah perangkat akan diberi sertifikasi “WI-FI certified”. Artinya perangkat ini bisa bekerja dengan baik dengan perangkat-perangkat wireless lain yang juga bersertifikasi ini. Pada awalnya, sertifikasi WI-FI hanya diberikan pada perangkat wireless yang bekerja pada standar 802.11b.
           
Wi-Fi (Wireless Fidelity) adalah koneksi tanpa kabel seperti handphone dengan mempergunakan teknologi radio sehingga pemakainya dapat mentransfer data dengan cepat dan aman. Wi-Fi tidak hanya dapat digunakan untuk mengakses internet, Wi-Fi juga dapat digunakan untuk membuat jaringan tanpa kabel di perusahaan. Karena itu banyak orang mengasosiasikan Wi-Fi dengan kebebasan, karena teknologi Wi-Fi memberikan kebebasan kepada pemakainya untuk mengakses internet atau mentransfer data dari ruang meeting, kamar hotel, kampus, dan café-café yang bertanda Wi-Fi Hot Spot.
WiFi adalah suatu rangkaian produk yang didesain untuk penggunaan teknologi Wireless Local Area Networks (WLAN) berdasarkan standar spesifikasi IEEE802.11 yang mampu menyediakan akses internet dengan bandwidth besar, mencapai 11 Mbps. Wi-Fi dirancang berdasarkan spesifikasi IEEE 802.11. Sekarang ini ada empat variasi dari 802.11, yaitu: 802.11a, 802.11b, 802.11g, and 802.11n. Spesifikasi b merupakan produk pertama Wi-Fi. Variasi g dan n merupakan salah satu produk yang memiliki penjualan terbanyak pada 2005. Di banyak bagian dunia, frekuensi yang digunakan oleh Wi-Fi, pengguna tidak diperlukan untuk mendapatkan ijin dari pengatur lokal (misal, Komisi Komunikasi Federal di A.S.). 802.11a menggunakan frekuensi yang lebih tinggi dan oleh sebab itu daya jangkaunya lebih sempit, lainnya sama. Versi Wi-Fi yang paling luas dalam pasaran AS sekarang ini (berdasarkan dalam IEEE 802.11b/g) beroperasi pada 2.400 MHz sampai 2.483,50 MHz. Dengan begitu mengijinkan operasi dalam 11 channel (masing-masing 5 MHz), berpusat di frekuensi berikut: Channel 1 – 2,412 MHz; Channel 2 – 2,417 MHz; Channel 3 – 2,422 MHz; Channel 4 – 2,427 MHz; Channel 5 – 2,432 MHz; Channel 6 – 2,437 MHz; Channel 7 – 2,442 MHz; Channel 8 – 2,447 MHz; Channel 9 – 2,452 MHz; Channel 10 – 2,457 MHz; Channel 11 – 2,462 MHz Secara teknis operasional, Wi-Fi merupakan salah satu varian teknologi komunikasi dan informasi yang bekerja pada jaringan dan perangkat WLANs (wireless local area network). Dengan kata lain, Wi-Fi adalah nama dagang (certification) yang diberikan pabrikan kepada perangkat telekomunikasi (Internet) yang bekerja di jaringan WLANs dan sudah memenuhi kualitas interoperability yang dipersyaratkan.
Teknologi Internet berbasis Wi-Fi dibuat dan dikembangkan sekelompok insinyur Amerika Serikat yang bekerja pada Institute of Electrical and Electronis Engineers (IEEE) berdasarkan standar teknis perangkat bernomor 802.11b, 802.11a dan 802.16. Perangkat Wi-Fi sebenarnya tidak hanya mampu bekerja di jaringan WLAN, tetapi juga di jaringan Wireless Metropolitan Area Network (WMAN). Karena perangkat dengan standar teknis 802.11b diperuntukkan bagi perangkat WLAN yang digunakan di frekuensi 2,4 GHz atau yang lazim disebut frekuensi ISM (Industrial, Scientific dan Medical). Sedang untuk perangkat yang berstandar teknis 802.11a dan 802.16 diperuntukkan bagi perangkat WMAN atau juga disebut Wi-Max, yang bekerja di sekitar pita frekuensi 5 GHz.


Wi-Fi sudah sangat populer di luar negeri. Amerika Serikat adalah salah satu negara yang paling berhasil memasyarakatkan Wi-Fi. Bahkan, beberapa PDA di Amerika Serikat dirancang secara khusus dengan modul Wi-Fi terintegrasi. Oleh karena kemudahan koneksi, reliabilitas, dan kecepatannya, Wi-Fi tampak cukup berhasil. Penggunaan hubungan nirkabel (wireless) sampai saat ini mengandalkan gelombang elektromagnetik, baik berbentuk gelombang radio maupun cahaya.
Di awal 1990-an, ketika teknologi nirkabel masih belum terlalu berkembang, beberapa organisasi, mulai dari bank sampai keperguruan tinggi, sempat memanfaatkan modem optik berbasis sinar laser untuk menghubungkan dua lokasi yang terpisah secara line-of-sigth. Jarak di antara kedua lokasi ini maksimal tidak lebih dari beberap ratus meter. Bandwidth yang dicapai bisa sampai 10 megabit per detik. Gangguan terjadi bila hujan turun atau bila polusi debu demikian buruknya, sehinggga sinar laser terhalang jalannya.
Teknologi telah jauh berkembang sejak saat itu. Komunikasi data melalui gelombang cahaya umumnya beralih dari transmisi di udara bebas ke transmisi melalui serat optik. Penurunan harga kabel optik dan peralatan terkaitnya sangat menolong peningkatan popularitasnya pada aplikasi-aplikasi point-to-point yang memerlukan bandwidth tinggi dan jarak jangkau teknologi ini sudah semakin jauh dan pemanfaatannya sebagai pengganti copper-links semakin popular.
Dalam bentuknya yang kini tersedia, teknologi nirkabel telah semakin baik untuk penggunaan jarak-dekat. Mulai dari Bluetooth sampai ke Wi-Fi, produk-produknya semakin membanjiri pasar. Bukan saja penggunaannya semakin mudah, harga dan kapasitasnya pun semakin baik. Bila teknologi kabel berkembang dari jarah dekat ke jauh, teknologi nirkabel berkembang dari jarak jauh ke dekat.
Masalah pengelolaan dan penggunaannya menjadi sangat sederhana, sedemikian rupa sehingga tidak memerlukan latihan khusus. Ketersediaan di pasar bebas juga semakin baik, dan dengan cepat dipadukan dengan spectrum produk teknologi informasi dan komunikasi, mulai dari PDA (Personal Digital Assistant), komputer pangku (laptop computer) sampai ke server yang melayani kemudahan komputasi di gedung-gedung perkantoran, hotel dan bahkan mal-mal perbelanjaan.
Kaitan yang ingin disoroti disini adalah bagaimana kendala otoritas telekomunikasi dalam penggunaan teknologi nirkabel, khususnya yang menyangkut strategi frekuensi radio, alokasinya perizinannya dan pemantauan serta pengawasannya. Dengan spectrum yang sangat luas, pengelolaan frekuensi radio menjadi sangat sentral bagi arah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di setiap negara. Justru hal inilah yang membuat musykil, di samping menarik untuk di simak karena implikasinya yang sangat serius dalam kehidupan bangsa dan negara. Spectrum frekuensi yang sangat luas ini menyentuh alat-alat rumah tangga, telepon genggam, sampai kepada siaran televisi yang dipancarkan langsung melalui satelit diangkasa.
Tingginya animo masyarakat khususnya di kalangan komunitas Internet menggunakan teknologi Wi-Fi dikarenakan paling tidak dua faktor. Pertama, kemudahan akses. Artinya, para pengguna dalam satu area dapat mengakses Internet secara bersamaan tanpa perlu direpotkan dengan kabel. Konsekuensinya, pengguna yang ingin melakukan surfing atau browsing berita dan informasi di Internet, cukup membawa PDA (pocket digital assistance) atau laptop berkemampuan Wi-Fi ke tempat dimana terdapat access point atau hotspot. Menjamurnya hotspot di tempat-tempat tersebut yang dibangun oleh operator telekomunikasi, penyedia jasa Internet bahkan orang perorangan dipicu faktor kedua, yakni karena biaya pembangunannya yang relatif murah atau hanya berkisar 300 dollar Amerika Serikat. Peningkatan kuantitas pengguna Internet berbasis teknologi Wi-Fi yang semakin menggejala di berbagai belahan dunia, telah mendorong Internet service providers (ISP) membangun hotspot yang di kota-kota besar dunia. Mewabah Di Indonesia sendiri, penggunaan Internet berbasis Wi-Fi sudah mulai menggejala di beberapa kota besar. Di Jakarta, misalnya, para maniak Internet yang sedang berselancar sambil menunggu pesawat take off di ruang tunggu bandara, sudah bukan merupakan hal yang asing. Fenomena yang sama terlihat diberbagai kafe –seperti Kafe Starbuck dan La Moda Cafe di Plaza Indonesia, Coffee Club Senayan, dan Kafe Mister Bean Coffee di Cilandak Town Square dimana pengunjung dapat membuka Internet untuk melihat berita politik atau gosip artis terbaru sembari menyeruput cappucino panas. Dewasa ini, bisnis telepon berbasis VoIP (Voice over Internet Protocol) juga telah menggunakan teknologi Wi-Fi, dimana panggilan telepon diteruskan melalui jaringan WLAN. Aplikasi tersebut dinamai VoWi-FI (Voice over Wi-Fi).
Beberapa waktu lalu, standar teknis hasil kreasi terbaru IEEE telah mampu mendukung pengoperasian layanan video streaming. Bahkan diprediksi, nantinya dapat dibuat kartu (card) berbasis teknologi Wi-Fi yang dapat disisipkan ke dalam peralatan eletronik, mulai dari kamera digital sampai consoles video game (ITU News 8/2003). Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa bisnis dan kuantitas pengguna teknologi Wi-Fi cenderung meningkat, dan secara ekonomis hal itu berimplikasi positif bagi perekonomian nasional suatu negara, termasuk Indonesia.
Contoh : di Yogyakarta, dari sekitar 240 warung internet di sana, sekitar 120 di antaranya telah memanfaatkan frekuensi 2,4 GHz. Salah satunya warnet perpustakaan UGM. Mereka juga menyebarkan data internet ke warnet lain di sekitarnya yang berminat. Sejumlah warnet di Yogya juga membentuk jaringan lokal antarwarnet memakai frekuensi 2,4 GHz. Mereka memilih satu warnet induk yang bertugas meneruskan data dari ISP ke antena warnet anggotanya. Konsumen nantinya juga diuntungkan karena biaya akses internet dari warnet akan semakin murah. Penggunaan frekuensi 2,4 GHz yang bebas biaya ini memang menguntungkan para pengusaha warnet. Mereka tidak perlu membayar pulsa telepon saat mengakses internet. Di banyak bagian dunia, frekuensi yang digunakan oleh Wi-Fi, pengguna tidak diperlukan untuk mendapatkan ijin dari pengatur lokal (misal, Komisi Komunikasi Federal di A.S.). 802.11a menggunakan frekuensi yang lebih tinggi dan oleh sebab itu daya jangkaunya lebih sempit, lainnya sama. Versi Wi-Fi yang paling luas dalam pasaran AS sekarang ini (berdasarkan dalam IEEE 802.11b/g) beroperasi pada 2.400 MHz sampai 2.483,50 MHz.
Tujuh perusahaan membentuk Indonesian Wi-Fi Consortium (IWC) untuk mengembangkan wireless local area network (WLAN) bagi keperluan public dengan target membangun 10 hotspot hingga akhir. Konsorsium itu terdiri dari PT Acer Indonesia, PT Cyberindo Aditama (CBN), Cisco Systems Indonesia, PT Intel Indonesia, PT Microsoft Indonesia dan PT Jaring Semesta Infosolusi (Polaris|NET), didukung PT Elexmedia Komputindo. Tjahja Suprapto, wakil IWC dari PT Jaring Semesta Infosolusi, menjelaskan pembentukan organisasi ini bertujuan mengedukasi masyarakat sekaligus mengembangkan pasar Wi-Fi untuk keperluan publik di Tanah Air. "Memang ada model bisnisnya, tetapi fokus kami. saat ini adalah bagaimana Wi-Fi diterima denganbaik sebab pemerintah pun belum menentukan regulasi yang pasti mengenai Wi-Fi ini," tuturnya usai peluncuran konsorsium. Konsorsium sudah membangun total enam hotspot di Jakarta sehingga dengan proyek ini mereka ditargetkan memiliki 16 hotspot di Ibukota hingga akhir tahun ini yang seluruhnya berlokasi di kafe-kafe strategis.
Mode Akses Koneksi Wi-fi ada 2 yaitu :
1.      AD-HOC
Sistem Ad-hoc adalah sistem peer to peer, dalam arti satu computer dihubungkan ke 1 computer dengan saling mengenal SSID. Bila digambarkan mungkin lebih mudah membayangkan sistem direct connection dari 1 computer ke 1 computer lainnya dengan mengunakan Twist pair cable tanpa perangkat HUB. Jadi terdapat 2 computer dengan perangkat WIFI dapat langsung berhubungan tanpa alat yang disebut access point mode. Pada sistem Adhoc tidak lagi mengenal system central (yang biasanya difungsikan pada Access Point). Sistem Adhoc hanya memerlukan 1 buah computer yang memiliki nama SSID atau sederhananya nama sebuah network pada sebuah card/computer. Dapat juga mengunakan MAC address dengan sistem BSSID (Basic Service Set IDentifier - cara ini tidak umum digunakan), untuk mengenal sebuah nama computer secara langsung. Mac Address umumnya sudah diberikan tanda atau nomor khusus tersendiri dari masing masing card atau perangkat network termasuk network wireless. Sistem Adhoc menguntungkan untuk pemakaian sementara misalnya hubungan network antara 2 computer walaupun disekitarnya terdapat sebuah alat Access Point yang sedang bekerja.
     
2.      INFRASTRUKTUR
Sistem kedua yang paling umum adalah Infra Structure. Sistem Infra Structure membutuhkan sebuah perangkat khusus atau dapat difungsikan sebagai Access point melalui software bila mengunakan jenis Wireless Network dengan perangkat PCI card. Mirip seperti Hub Network yang menyatukan sebuah network tetapi didalam perangkat Access Point menandakan sebuah sebuah central network dengan memberikan signal (melakukan broadcast) radio untuk diterima oleh computer lain. Untuk mengambarkan koneksi pada Infra Structure dengan Access point minimal sebuah jaringan wireless network memiliki satu titik pada sebuah tempat dimana computer lain yang mencari menerima signal untuk masuknya kedalam network agar saling berhubungan. Sistem Access Point (AP) ini paling banyak digunakan karena setiap computer yang ingin terhubungan kedalam network dapat mendengar transmisi dari Access Point tersebut. Access Point inilah yang memberikan tanda apakah disuatu tempat memiliki jaringan WIFI dan secara terus menerus mentransmisikan namanya – Service Set IDentifier (SSID) dan dapat diterima oleh computer lain untuk dikenal. Bedanya dengan HUB network cable, HUB mengunakan cable tetapi tidak memiliki nama (SSID). Sedangkan Access point tidak mengunakan cable network tetapi harus memiliki sebuah nama yaitu nama untuk SSID.


 Wi-Fi dan Kesehatan
Wi –Fi membawa pengaruh yang besar dalam lingkungan masyarakat. Selain pengaruh positif yaitu kemudahan dalam mengakses dunia internet, Wi-Fi juga diduga berdampak  negatif.
Wi-fi (wireless fidelity) yang lebih dikenal sebagai jaringan lokal nirkabel semakin populer terutama di negara-negara maju dan berkembang. Dengan wi-fi orang bisa masuk ke jaringan internet tanpa harus repot menyambungkan kabel dari komputer ke line telepon.
Di balik kemudahan yang ditawarkan wi-fi, ada beberapa keyakinan publik yang menganggap wi-fi berdampak negatif terhadap kesehatan. Mereka yang tidak setuju dengan kehadiran wi-fi beralasan radiasi elektro magnetik dari wi-fi bisa menyebabkan nyeri di kepala, gangguan tidur dan mual-mual, terutama bagi mereka yang electrosensitive. Tapi benarkah wi-fi berbahaya bagi kesehatan?
Ketakutan akan dampak buruk wi-fi terhadap kesehatan ini dimentahkan ilmuwan Inggris. Seperti yang diungkapkan Sir William Stewart, ketua Health Protection Agency, mengatakan pada BBC Programme Panorama, tak ada yang perlu dikhawatirkan dengan teknologi wi-fi. Tak ada bukti pasti yang menyebutkan, perangkat seperti ponsel dan wi-fi menyebabkan kesehatan terganggu.
Hal senada juga diungkapkan Professor Lawrie Challis, dari Nottingham University. Dalam pernyataannya pada BBC, Prof Challis, yang menjabat sebagai ketua Mobile Telecommunications and Health Research (MTHR) menyebutkan: “Radiasi elektro magnetik dari Wi-fi sangat kecil, pemancarnya juga berkekuatan rendah, selain itu masih ada jarak dengan tubuh.
“Bisa jadi radiasi elektro magnetik sangat dekat dengan tubuh, ketika kita memangku laptop, namun dalam pengamaatan saya setiap orang tua akan meminta anak mereka untuk tidak terlalu sering menggunakan ponsel mereka dan selalu meminta mereka untuk menaruh laptop di atas meja, bukan di pangkuan, jika mereka berinternet terlalu lama.”
Untuk mendukung pernyataan ini, tim Panorama BBC mengunjungi sebuah sekolah di Norwich, yang memiliki seribu siswa, dan mencoba membandingkan tingkat radiasi dari ponsel dan penggunaan wi-fi di dalam kelas. Hasilnya menunjukkan radiasi wi-fi di ruang kelas tiga kali lebih besar dibanding pancaran yang dikeluarkan ponsel.
Namun ahli kesehatan psikis Professor Malcolm Sperrin mengatakan sinyal wi-fi yang lebih besar tiga kali lipat dibanding radiasi ponsel di suatu sekolah masih belum relevan, karena belum ditemukan pengaruhnya terhadap kesehatan.
“Wi-fi adalah teknologi yang menggunakan gelombang radio elektro magnetik rendah, yang sebanding dengan oven microwave, bahkan 100 ribu kali lebih rendah dari microwave.”
Tipe radiasi yang dipancarkan gelombang radio (wi-fi), microwaves, dan ponsel telah menunjukkan kenaikan level temperatur jaringan yang sangat tinggi, yang biasa disebut thermal interaction, namun masih belum ada bukti level tersebut menyebabkan kerusakan.
Health Protection Agency menyebutkan duduk di ruangan yang memiliki hotspot selama setahun sebanding dengan gelombang radio yang dipancarkan saat bercakap-cakap dengan ponsel selama dua puluh menit.
“Gelombang radio sudah menjadi bagian dari kehidupan kita selama hampir seabad atau lebih, namun jika ada gangguan yang signifikan terhadap kesehatan, pasti ada kajian yang akan mencatatnya, dan selama ini berbagai studi masih belum menemukan bukti transmisi wi-fi bagi kesehatan.
Hal senada juga didukung Professor Will J Stewart, rekan dari Royal Academy of Engineering, yang mengatakan: “Ilmu pengetahunan telah mempelajari pengaruh ponsel bagi kesehatan selama bertahun-tahun dan kekhawatiran akan dampak radiasi ponsel masih sangat kecil.
“Begitu juga dengan wi-fi, jika digunakan dalam batas yang wajar tak akan ada pengaruhnya bagi kesehatan dalam waktu yang lama. Namun bukan berarti semua radiasi elektro magnetik tak berbahaya, misalnya sinar matahari yang terbukti menyebabkan kanker kulit, jadi jika Anda menggunakan laptop saat berjemur di pantai, ada baiknya mencari tempat yang teduh,” tambah Sperrin yang mengatakan sampai saat masih belum ada banyak bukti yang cukup berrarti akan dampak negatif wi-fi.
Namun yang lebih dikhawatirkan Sperrin bukan pada gelombang wi-fi, namun pada perilaku dalam penggunaan laptop, dan panas yang dihasilkan laptop pada beberapa bagian sensitif pada tubuh, yang berdampak pada kesehatan.


 Radiasi Elektromagnetik Wi-Fi
Publikasi tentang dampak negatif wi-fi sehubungan dengan radiasi elektromagnetik yang ditimbulkannya ini awalnya datang dari sebuah kasus yang dialami seorang wanita di London, yang datang ke institusi kesehatan dengan keluhan nyeri di bagian kepala, telinga, tenggorokan dan beberapa bagian tubuh lain bila berada dekat dengan peralatan elektronik atau menara pemancar.
Perangkat elektronik, memang memiliki radiasi elektromagnetik dimana dalam jumlah besar bisa mengakibatkan gangguan fisiologis hingga memicu pertumbuhan sel-sel abnormal seperti kanker, namun intensitasnya berbeda-beda dan ada patokan batas aman yang dianggap tidak sampai membahayakan kesehatan.
Atas keluhan ini berikut anjuran dokter yang mendiagnosanya sebagai suatu keadaan elektrosensitif, wanita tadi melindungi rumahnya dengan perangkat khusus antiradiasi untuk meminimalkan gelombang elektromagnetik dari teknologi wi-fi di sekitar tempat tinggalnya. Beberapa publikasi lanjutan tentang dampak radiasi wi-fi ini kemudian dilansir di Swedia langsung dari pemerintahnya serta di Norwegia lewat pernyataan perdana menterinya sendiri.
Lagi-lagi, kemungkinan pemberitaan yang awalnya banyak beredar di dunia maya ini sempat dianggap sebagai hoax, suatu berita isu yang belum bisa diyakini kebenarannya, namun adanya beberapa penelitian yang dilaporkan dari institusi resmi mungkin mulai membuat beberapa pihak bersangkutan mulai memikirkan hal ini.
Sebagian laporan resmi tersebut menyebutkan tingginya intensitas radiasi elektromagnetik di beberapa situs lokasi wi-fi, namun tak sedikit juga yang melaporkan bahwa intensitas tadi masih berada di bawah ambang batas senilai dengan radiasi elektromagnetik yang dihasilkan oleh beberapa perangkat yang aman seperti televisi maupun radio, begitupun, kesimpang-siuran ini jelas menimbulkan suatu kekhawatiran bagi sebagian orang yang sangat perduli dengan kesehatannya, belum lagi pengakuan sejumlah aktifis di luar negeri yang bergabung untuk mendesak pembatasan penggunaan wi-fi, yang bagi sebagian masyarakat lain sangat diperlukan itu.

Mahasiswa merupakan salah satu subjek yang menggunakan akses internet. Mahasiswa akan merasa hampa tanpa internet. Ibaratnya, sedetik saja mereka tak bisa lepas dari internet. Bagi mahasiswa internet merupakan media yang dapat digunakan untuk mengakses tugas yang diberikan oleh dosen, bahkan mungkin juga mengembangkan diri dengan membentuk jaringan. Bahkan kebutuhan akan akses internet bisa melampaui kebutuhan primer seperti makan. Di dalam dunia kampus, perkembangan teknologi wireless juga merajalela. Hal itu bisa dilihat pada Access Point (AP) yang dipasang pada tiap jurusan, kantor dan perpustakaan. Hanya dengan bermodal laptop atau handphone yang telah memiliki fasilitas wireless maka kita dapat menikmati teknologi wireless di manapun dan kapanpun. Seperti kita ketahui bahwa laptop di era sekarang ini bukan merupakan barang yang mewah bagi sebagian mahasiswa. Laptop seperti kata “wajib” bagi mereka. Hal itu dikarenakan laptop digunakan sebagai kebutuhan primer untuk menjalani aktifitas memperoleh ilmu pengetahuan dan proses pembelajaran di kampus.Seluruh sivitas akademika dan staf Universitas dapat menggunakan layanan akses jaringan di dalam kampus secara gratis baik melalui jaringan kabel dengan terminal PC maupun jaringan tanpa kabel (wireless) yang tersedia di seluruh gedung dan sekitarnya di dalam kampus. Penyediaan fasilitas jaringan tanpa kabel atau Wi-Fi ditujukan bagi mereka yang memiliki laptop maupun PDA. Mahasiswa telah banyak menggunakan fasilitas Wi-Fi untuk mendapatkan akses dalam mengerjakan tugas- tugas kuliah, mengembangkan jaringan dan juga untuk membuat tulisan, dan mengakses hal- hal di luar pendidikan. Penggunaan fasilitas Internet tidak serta merta memberikan dampak yang positif. Disamping penggunaannya yang mudah dan praktis, Internet juga dapat membawa dampak yang negatif bila penggunaanya menyimpang. Apalagi Internet saat ini telah banyak digunakan oleh mahasiswa, sehingga apabila penggunaanya bersifat negatif maka akan terjadi penyimpangan pada sikap maupun perilaku mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa.Disamping digunakan sebagai sarana untuk akses hal-hal yang menyangkut pendidikan, Wi-Fi juga digunakan untuk akses hal-hal lain, seperti akses untuk jejaringan social. Hal ini tentu saja menimbulkan pengaruh buruk bagi mahasiswa apalagi dilakukan saat proses belajar mengajar.
1.      Penggunaan dalam batasan wajar ini bisa mencegah pengaruh buruk terhadap kesehatan.
2.      Dalam lingkungan kampus, memblokir pengaksesan internet untuk alamat-alamat tertent







  
  
 
 PENUTUP
            Seiring dengan perkembangan zaman dan meningkatnya kebutuhan informasi yang membuat setiap orang harus dapat meng-update informasi tersebut setiap saat, maka teknologi sekarang ini menghasilkan sebuah layanan pendukung yang lebih instan untuk dapat merealisasikan hal tesebut. Wi-Fi adalah teknologi jaringan dengan tidak menggunakan kabel seperti handphone, yaitu melakukan hubungan komunikasi dengan menggunakan gelombang elektromagnetik sebagai pengganti kabel sehingga pemakainya dapat mentransfer data dengan cepat dan aman.
            Eksistensi dari Wi-Fi tentu memiliki kelemahan dan keunggulan dalam setiap aplikasi penggunaannya. Disatu sisi berbagai kemudahan akan tersaji ketika menggunakan fasilitas tersebut. Disisi yang lain, fasilitas tersebut juga digunakan untuk mengakses hal- hal yang di luar jalur pendidikan. Misalnya, Pelanggaran hak cipta, pencurian identitas, cyber crime (hacker, cracker, carder) dan pernyataan kebencian (hate speech), adalah biasa dan sulit dijaga dan gambar- gambar, cerita- cerita yang “berbau” pornografi, yang dapat merusak mental psikis mahasiswa, sehingga kurang bahkan tidak dapat fokus pada kuliah yang sedang dijalaninya.
Menggunaan Wi-Fi dalam batasan wajar ini bisa mencegah pengaruh buruk terhadap kesehatan, juga menggunakannya untuk hal-hal positif yang berguna bagi kepentingan pelajaran.









http://rachmad29.blogspot.com/2008/08/sejarah-wireless-lan-wifi.html
elib.unikom.ac.id/download.php?id=50510
http://animagination1.blogspot.com/2012/01/makalah-wifi-dan-pengaruhnya-terhadap.html

Posting Lebih Baru
Previous
This is the last post.

0 komentar:

Posting Komentar